Rabu, 05 Desember 2012

etika sopan santun pada anak dan remaja

BAB I
1. Pendahuluan
Sopan santun atau budi pekerti sebagai salah satu bukti manusia yang beradab. Manusia sebagai makhluk yang berbudaya harus menjunjung tinggi etika sopan santun.
Melihat perkembangan anak-anak dewasa ini terutama yang berusia 9-16 tahun. Banyak sekali ketimpangan –ketimpangan dalam bersopan santun, jarang keluar dari mulutnya untuk mengucapkan permisi jika mau lewat., atau membungkukan badan kepada orang dewasa. Ini bukan hanya terjadi di perkotaan saja tetapi di pedesaan pun sudah mulai terjadi. Padahal tidak sedikit sekolah ataupun lembaga-lembaga pendidikan lainnya yang berdiri mengajarkan etika sopan santun, namun kenyataan etika sopan santun makin menurun.

Dari kenyataan tersebut maka timbul pertanyaan, kemanakah fungsi pendidikan yang di harapkan ? Lalu apa penyebab turunnya etika sopan santun pada anak?
Pada makalah ini akan di bahas mengenai turunnya etika sopan santun pada anak, remaja dan penyebabnya.








1
a. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari sopan santun sangatlah penting untuk dijunjung karena manusia sebagai makhluk yang berbudaya harus menjunjung tinggi etika sopan santun. Pada masa yang modern, di era globalisasi ini banyaklah perubahan-perubahan yang berpengaruh juga pada akhlak sopan santun anak maupun remaja yang semakin berkurang diakibatkan oleh adanya alat-alat komunikasi yang sangat mudah didapat, contohnya internet yang dapat di akses seluruh dunia. Sehingga adanya perubahan ataupun turunnya sopan santun dikarenakan pengaruh budaya luar dan pergaulan pada kehidupan sehari-hari.

b. Tujuan Penelitian

Mengetahui pengaruh dari manakah turunnya akhlak sopan santun anak dan remaja yang sudah terasa pada kehidupan sehari-hari. Dan meneliti bagaimanakah cara menanggulangi turunnya akhlak sopan santun dan mencegah agar tidak lebih parah dalam ketidaksopansantunan.

c. Hipotesis

Pada jaman yang modern dan di era globalisasi, banyak terjadinya penyimpangan dan turunnya sopan santun pada anak dan remaja, yang di akibatkan adanya pergaulan anak dan remaja yang kurang terkontrol oleh orang tua. Pergaulan ini biasanya dalam pergaulan teman sebaya dan lingkungan sekitar.

2
d. Landasan Teori
Etika dapat diartikan tata cara, patokan-patokan, kaidah-kaidah normatif. Sedangkan sopan santun adalah suatu tindakan yang mengandung kaidah penghormatan dan penghargaan baik kepada dirinya maupun kepada orang lain. Jika orang dewasa bersopan santun kepada orang yang lebih muda maka orang itu sudah melakukan dua hal. Pertama, memberikan pendidikan kepada yang lebih muda, yaitu memberikan contoh keteladanan sikap. Kedua, orang itu mendapat penghargaan dan penghormatan dari yang muda. Sebaliknya jika orang yang lebih muda bersopan santun kepada yang lebih tua, maka orang tersebut sudah melakukan dua hal. Pertama, disegani oleh orang yang muda juga sesamanya. Kedua, di hargai oleh yang tua karena kebaikannya. Jadi jika kita melakukan sopan santun berarti kita telah menghormati dan menghargai diri kita sendiri, karena orang lain tidak mungkin menghormati kita dan menghargai kita apabila kita sendiri tidak menghargai dan menghormatinya.
e. Metode Penelitian
Pada awalnya kelompok peneliti membuat atau menulis pertanyaan untuk wawancara agar mendapat informasi yang umum dan pasti tentang perbedaan sopan santun anak dan remaja pada masa ini dan pada masa yang lampau, karena jelas perbedaannya antara sekarang dan pada masa dulu. Masa dulu sopan santun sangat di junjung tinggi dan menjadi budaya yang baik.
Yang selanjutnya mewawancarai masyarakat luas dari orang dewasa dan anak muda. Agar penelitian dapat berjalan sesuai rencana dan tidak menyimpang, peneliti mencari sumber-sumber yang terpercaya.


3
BAB II
2. Pembahasan masalah
Penyebab turunnya etika sopan santun pada anak usia sekolah.
Jika pada usia dini tidak mempunyai sopan santun maka krisis moral lah yang akan melanda negeri kita di masa depan.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi anak berperilaku demikian, diantaranya : lingkungan keluarga, lingkungan sebaya, lingkungan pendidikan, dan lingkungan masyarakat.
1.   Lingkungan Keluarga
Menurut Ki Hajar Dewantara, keluarga sebagai pusat pendidikan yang pertama sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan anak.
Lingkungan keluarga memang peranan penting dalam pembentukan budi pekerti anak. Karena keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan yang utama bagi anak. Anak pertama kali mendapat pendidikan budi pekerti dari kedua orang tuanya. Begitu juga keluarga dikatakan utama, mengingat keluarga merupakan dasar atau pondamen bagi pendidikan budi pekerti selanjutnya. Jika orang tua menginginkan anaknya menjadi orang yang baik dan berguna di kemudian hari, maka jadikanlah keluarga sebagai lingkungan yang paling baik bagi anak.
2.   Teman Sebaya
Teman sebaya turut ambil dalam pembentukan budi pekerti anak, karena sering bergaul dengan temannya, sedikit demi sedikit anak akan terpengaruh oleh perilaku teman sebayanya.

4
3.   Lingkungan pendidikan
Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuh kembangnya budi pekerti (intelektual) dan untuk memajukan kehidupan peserta didik.
Dengan dimasukannya anak dalam lingkungan pendidikan, para orang tua berharap agar anaknya menjadi cerdas, pandai dan berbudi pekerti yang baik. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional secara mikro yaitu membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, beretika (beradab dan berwawasan budaya) memiliki nalar (maju, cakap, cerdas, kreatif, inovatif, dan bertanggung jawab),
berkemampuan komunikasi sosial (tertib dan sadar hukum, kooperatif dan kompetitif, serta demokratis), dan berbadan sehat hingga menjadi manusia mandiri.
4.   Lingkungan Masyarakat
      Dalam lingkungan ini terdapat berbagai macam unsur lapisan dan komponen serta peran yang berbeda-beda. Termasuk di dalamnya peran para tokoh, baik pemuka agama, pemuka adat, maupun tokoh masyarakat yang berkompeten lainya yang dapat dikatakan sebagai orang tua.

      Jika tokoh masyarakat ini peduli kepada generasi muda, maka tokoh ini akan ikut andil dalam memberikan pendidikan pada kaum muda. Pendidikan itu dapat berupa keteladanan dari sikap dan perilaku yang baik, memberikan masukan, teguran, kritik mapun saran-saran yang membangun.

      Untuk mengaktualisasikan nilai-nilai agama berupa budi pekerti, kiranya anak perlu banyak belajar bersosialisasi. Anak harus belajar bergaul atau mengadakan hubungan sosial dengan orang lain. Disini anak seyogyanya diberi kesempatan untuk lebih banyak bergaul dengan orang-orang yang baik
      Dengan seringnya berkomunikasi, maka anak akan ketularan baik dari orang yang berbudi pekerti luhur.

5
BAB III
3. Kesimpulan dan Saran
a. Kesimpulan
Dengan terbinanya budi pekerti sejak dini, maka anak akan mempunyai budi pekerti yang kokoh. Anak yang mempunyai budi pekerti yang kokoh akan mampu membedakan perilaku yang terpuji dengan perilaku yang menyesatkan / menyimpang, sehingga tidak mudah tergoda atau terpengaruh oleh hal-hal yang tidak baik. Pada akhirnya anak akan menjunjung tinggi moral dan berusaha untuk berbuat baik yang bermanfaat bagi orang lain.

      Jika para orang tua melaksanakan dan menerapkan etika sopan santun maka orang tua tersebut telah melaksanakan dua hal, yaitu pertama memberikan pendidikan pada kaum muda. Pendidikan itu dapat berupa keteladanan dari sikap dan perilaku yang baik, memberikan masukan, teguran, kritik maupun saran-saran yang membangun. Kedua, mendapatkan penghargaan dan penghormatan dari kaum muda.

b. Saran
Seandainya anak sudah dapat menunjukan budi pekerti yang baik, maka orang tua sudah selayaknya memberikan penghargaan, penghargaan yang diberikan bisa berbentuk kado, dengan jempol, kesempatan atau pujian. Dengan penghargaan ini diharapkan anak merasa dihargai dan memotivasi anak agar budi pekertinya lebih baik. 
     
Sebaliknya apabila anak melanggar norma-norma yang berlaku, orang tua perlu memberikan hukuman. Hukuman yang diberikan dimaksudkan agar anak sadar akan kesalahannya, tidak akan mengulangi kesalahan yang sama di kemudian hari serta berhati-berhati dalam bertindak. Pemberian hukuman hendaknya mendidik. Artinya hukuman bukan sebagai balas dendam, tetapi hukuman menerapkan cara untuk memperbaiki diri.

by MyWapBlog.com